Ilustrasi: bakso enak. |
Novel: Ratu Suku Lix
Oleh Rudi Hendrik
Tahun 2017
Bab Sebelumnya:
Marli Sisilia benar-benar serius mendengarkan cerita
Hilwa Fadia, wanita cantik dan dewasa di depannya. Sampai-sampai baksonya masih
bertahan separuh mangkok.
Hilwa yang berusia 32 tahun tapi masih gadis itu
berhenti sejenak dari ceritanya. Disedotnya es kelapa di gelasnya. Setelah itu,
ia kembali melanjutkan kisahnya.
“Keberhasilan Shehree menyelamatkan Sha Gho jelas
bukanlah kesalahan. Ia telah menyelamatkan cintaku dari kematian. Shehree tidak
hanya menyelamatkan kekasihku dari kematian, tapi juga membawanya pergi,
mencurinya dariku. Shehree sangat mengerti apa yang aku perintahkan kepadanya.
Usai menyelamatkan kekasihku, ia harus membawanya ke Lorong Pelangi, karena aku
menungguhnya di sana. Namun, aku menanti sesuatu yang tidak pernah datang.
Shehree telah pergi bersama cintaku, Shehree telah menculik kekasihku.”
“Saya masih bertanya-tanya. Kakak Hilwa sedikit pun
tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan Harzai yang merupakan kehidupan di
alam fantasi, tapi kenapa Kakak menyikapi kisah itu dan ingin melaksanakannya
di dunia nyata?” tanya Marli.
“Aku tahu. Selain para ratu suku, raja-raja suku dan
dewa-dewi dinasti, semuanya tidak memiliki memori kisah Dunia Harzai, kecuali
gambaran yang ditunjukkan kepada Harzai baru untuk mengetahui namanya semata.
Wajar bila kau menertawakan aku, Marli. Namun, ada hal yang tidak akan kau
rasakan, yaitu menyatunya memori Harzai dengan otak, hati, perasaan dan
perilaku. Itu akan dialami sama oleh dewa-dewi dinasti, ratu dan raja suku
lainnya. Dan aku tidak mau menyangkal bahwa aku memiliki seorang kekasih, yaitu
seorang Harzai bernama Sha Gho dari Dinasti Thordho, Suku Barf,” jelas Hilwa.
“Oke, anggaplah saya telah mengkhianati Kakak.
Karena itu, saya akan menebusnya dengan cara ikut mencari keberadaan kekasih
Kakak itu, bagaimana?” kata Marli menawarkan.
“Baik,” ucap Hilwa sepakat.
Marli kembali memakan baksonya. Tampak gadis cantik
belia itu sedang bersemangat.
“Kenapa kau tidak mau bertarung melawanku tadi
malam?” tanya Hilwa.
“Saya seorang Harzai pasif, bukan Harzai pemburu,”
jawab Marli.
“Padahal, jika kau mampu membunuh seorang ratu suku,
semua Energi Tarung yang kau miliki akan naik lima tingkat,” kata Hilwa.
“Apa itu Energi Tarung?” tanya Marli memotong.
“Jika di dalam cerita silat, Energi Tarung itu
adalah ilmu kesaktian yang dimiliki oleh setiap tokoh Harzai. Contohnya kau,
kau memiliki lima Energi Tarung. Lompatan Pantul Langit, Pedang Biru, Gulir
Malaikat, Tik Tok Lintas Cahaya, dan Purnama Biru. Setiap Energi Tarung
memiliki sepuluh tingkat. Jika seorang Harzai bisa membunuh seorang dewa atau
dewi dinasti dan memakan Permata Harzai-nya, Energi Tarungnya bisa langsung
naik ke level tujuh. Ia pun akan mewarisi satu Energi Tarung milik dewa atau
dewi dinasti.”
“Oooh, ini seperti permainan video gim dan animasi,”
ucap Marli dengan ekspresi wajah terpukau tidak percaya.
“Sejak kau pertama kali menjelma menjadi seorang
Shehree, kau telah masuk ke dalam dunia fantasi yang terwujud nyata. Jika kau
mengetahui secara luas Dunia Harzai, memang semuanya serasa tidak masuk akal.
Namun, faktanya ini adalah nyata, yaitu bersatunya dunia imajinasi dengan dunia
nyata. Dan tidak ada cara lain untuk menyikapi fenomena ini selain kau menghadapinya,
Marli. Kau tidak bisa lari atau menghindar. Jika kau memilih menjadi Harzai
pasif, kau akan tertinggal. Pada umumnya seorang Harzai akan berburu untuk
menaikkan level Energi Tarung-nya,” kata Hilwa.
“Dan kemudian menjadi pembunuh? Itulah yang tidak
saya suka. Pada dasarnya kita adalah manusia yang fitrahnya menyelamatkan
hidup, bukan mesin pembunuh. Saya sudah membunuh tiga orang Harzai yang sama
artinya saya membunuh tiga orang manusia. Jika saya mau larut dalam penyesalan,
saya bisa gila. Seorang gadis manja seperti saya, tiba-tiba menjadi mesin
pembunuh, bayangkan,” tandas Marli.
“Jika pikiranmu seperti itu, bukankah apa yang sekarang
kau miliki bisa kau gunakan untuk menyelamatkan banyak orang? Sebab, kekuatan
yang Harzai miliki bukan hanya berlaku antar-Harzai semata, tapi juga berlaku
bagi orang awam. Para Harzai yang berpikiran jahat dan hanya memburu keuntungan
pribadi, akan menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk meraih kekuasaan dan
keuntungan. Tujuan seperti itu akan menjatuhkan banyak korban yang tidak
mengerti sedikit pun tentang Dunia Harzai.”
“Apakah tidak ada cara untuk berhenti menjadi
seorang Harzai?” tanya Marli.
“Hanya kematian yang bisa membuatmu berhenti menjadi
seorang Harzai. Permata Harzai yang menyatu di lengan kirimu langsung terhubung
ke seluruh saraf. Jika sampai Permata Harzai dicabut paksa, maka seluruh organ
vital di dalam tubuhmu akan rusak yang akan langsung membunuhmu. Jika kau mati,
Permata Harzai akan lepas sendiri dan bisa dimakan oleh seorang Harzai untuk meningkatkan
level Energi Tarung-nya.”
“Ya, saya baru makan satu, Permata Harzai milik
Dragilla. Dua permata lainnya saya buang jauh-jauh,” kata Marli.
“Itu berarti, Harzai yang kau buang permatanya, jika
ditemukan oleh seseorang, akan kembali hidup dengan memori baru dan tuan yang
baru. Langkah seperti itu justru akan memberi ruang Harzai jahat untuk
menciptakan pembunuhan dan kerusakan. Hingga menunggu beberapa tahu ke depan,
peradaban manusia akan mengalami revolusi yang merata dari timur hingga barat.
Beberapa dinasti telah berlomba-lomba mengumpulkan kekuatan dinastinya. Kelak
Dunia Harzai akan menggantikan peta peradaban manusia normal. Perang besar yang
belum terjadi di Dunia Harzai pasti akan terjadi di hidup kita ini.”
“Kak Hilwa jangan berlebihan ah analisanya,” kata
Marli seraya mengerenyit.
“Aku tidak menambah-nambahkan, Marli. Meski aku
faktanya berjualan bakso seperti ini, tapi aku memiliki mata-mata yang aku
sebar untuk mengumpulkan data dan fakta perkembangan para Harzai. Di beberapa
wilayah luar Jawa, aku mengetahui ada tiga dinasti yang mulai memusatkan
kekuasaannya. Baik para dewa dinasti atau ratu suku, seperti seorang arkeolog
yang sedang mengais dan mencari serpihan-serpihan keramik, kemudian dikumpulkan
lalu disusun ulang. Hingga pada akhirnya dinasti utuh seperti di dalam Dunia
Harzai bisa tercipta. Beralihnya Dunia Harzai ke dunia nyata membuat hukum
rimba berlaku. Di Dunia Harzai, setiap dinasti memiliki wilayah dinasti sendiri
yang tidak bisa diganggu gugat oleh dinasti lain. Namun di dunia nyata, yang
berlaku adalah siapa yang kuat dialah yang jaya. Aku pun tidak akan membiarkan
bencana datang lebih dulu kepadaku, karenanya aku dalam upaya pembangunan
kembali Suku Lix. Dari tujuh orang jenderal perang Suku Lix, aku sudah
mengumpulkan tiga orang jenderal. Aku menawarkan kepadamu, maukah kau kembali
menjadi Jenderal Perang VI Suku Lix?”
Marli jadi berhenti menghabiskan baksonya yang
tinggal sebulat di mangkoknya. Ia menatap wajah cantik berkharisma di depannya,
seolah Marli sedang membaca rencana besar di balik wajah bos bakso itu.
“Satu hal yang sangat prinsip yang belum saya
tanyakan dan belum saya ketahui. Sebenarnya siapa pencipta cerita fantasi yang
tidak masuk akal ini?” tanya Marli mengalihkan sisi pembicaraan.
“Sebagai seorang ratu suku, aku hanya mengetahui
bahwa Harzai adalah buah cipta dari sebuah teknologi super canggih. Teknologi
itu diciptakan oleh seorang anak berotak jenius. Teknologi itu menciptakan
Permata Harzai yang di dalamnya sudah diisi energi khusus, sehingga bisa
mengubah wujud, memberi Energi Tarung yang berbeda-beda setiap Harzai, dan
banyak lagi hal yang belum kita ketahui. Bisa dikatakan bahwa Dunia Harzai
adalah dunia fantasi tanpa batas.”
“Siapa anak jenius itu?” tanya Marli, lalu menyedot
es kelapanya.
“Ratu atau raja suku tidak ada yang tahu, itu adalah
data super rahasia yang dimiliki oleh dewa-dewi dinasti,” jawab Hilwa. Lalu
tanyanya, “Bagaimana dengan penawaranku tadi, Marli?”
“Tidak. Untuk saat ini rasioku tidak bisa menerima
apa yang Kakak uraikan, tapi saya tidak menyangkal pula,” jawab Marli. Lalu ia
mengalihkan lagi topik pembicaraan, “Apakah karena Sha Gho sehingga Kakak
memilih sendiri dalam usia sematang ini?”
Pertanyaan itu membuat Hilwa tertawa kecil.
“Aning!” panggil Hilwa kepada seorang karyawannya
yang baru hendak membereskan mangkuk pelanggan yang telah pergi.
Pemuda bujang berambut ikal itu segera mendatangi
majikannya. Belum lagi Aning bertanya, Hilwa sudah berinstruksi.
“Tambahkan!” perintah Hilwa sambil memberikan
gelasnya yang sudah kosong.
Aning pun mengambil dan membaawa gelas itu untuk
diisi.
“Aku penganut cinta sejati. Semua lelaki yang pernah
melamarku adalah lelaki beroda empat. Bahkan pernah datang seorang Harzai yang
kemudian mati di tanganku. Sebelum Permata Harzai menguasai diriku, aku adalah
gadis antilelaki. Sha Gho adalah satu-satunya lelaki dalam hidupku,” kata Hilwa
seraya tersenyum-senyum samar, seolah mengenang masa indah yang telah berlalu.
Aning datang membawa permintaan majikannya yang
selalu membuat hati kecilnya bahagia bila mematuhi perintahnya.
“Terima kasih, Ning,” ucap Hilwa yang hanya dibalas
senyum bahagia Aning.
Dengan berat hati Aning meninggalkan meja itu. Marli
hanya memperhatikan perilaku pemuda itu.
“Alangkah bahagianya dia,” kata Marli tersenyum.
“Kenapa?” tanya Hilwa lalu ikut memandang Aning yang
membereskan mangkuk-mangkuk di meja pelanggan.
“Sepertinya dia sangat senang memiliki majikan
secantik Kakak Hilwa,” jawab Marli.
Aning yang mencoba mencuri pandang ke majikannya
jadi terkejut, karena tahu sedang diperhatikan. Buru-buru ia menunduk dalam
sambil mengelap meja yang sudah dikosongkan.
Prak!
Salah tingkah Aning membuat tangannya yang mengelap
tidak lihat jalur. Tusuk gigi dan tempat sambal tersenggol hingga berantakan
dan kotor. Marli jadi tertawa geli, sedangkan Hilwa tidak ambil peduli.
“Bagaimana caranya Kakak meyakinkan tiga orang
jenderal itu agar mau kembali menjadi Jenderal Perang Suku Lix di bawah
perintah Ratu Haxi?” tanya Marli.
“Pertarungan,” jawab Hilwa singkat.
“Kenapa Kakak tidak melakukan hal yang sama terhadap
saya?” tanya Marli lagi.
“Awalnya aku memandangmu bukan karena pangkatmu di
Dunia Harzai, tapi lebih kepada pengkhianatanmu. Perlu kau ketahui, Dewi
Dinasti Ern sudah memiliki namamu di dalam daftar Harzai yang harus dibunuh,
lantaran tuduhan pengkhianatan itu.”
“Jika demikian, apa yang akan terjadi?” tanya Marli
memotong.
“Aku sendiri belum mengetahui keberadaan Dewi
Dinasti Ern. Pastinya, ia memiliki puluhan intel yang bertugas mencari para
buronan. Salah satu buronan itu adalah kau. Namun, jika kau resmi kembali
sebagai Jenderal Perang VI di bawah titah Ratu Suku Lix, akan berbeda
kondisinya.”
“Tidak, Kakak tidak bisa memaksaku dengan cerita
seperti itu,” kata Marli. “Saya akan menjalani hidup secara wajar.”
“Pilihan memang ada di tanganmu, Marli. Tapi aku
akan menunggu perubahan sikapmu. Setiap Jenderal Perang Suku Lix membawahi lima
Ketua Prajurit Tempur. Jika kelima Ketua Prajurit Tempur disatukan, maka mereka
bisa membuka Gerbang Gudang Harzai....”
“Apa lagi itu Gerbang Gudang Harzai?” tanya Marli
memotong.
“Gudang Harzai adalah gudang persenjataan dan
pustaka Energi Tarung Harzai. Masuk ke Gudang Harzai sangat penting untuk bisa
membaca peta Dunia Harzai. Tiga orang jenderalku sedang berusaha mengumpulkan
para Ketua Prajurit Tempur mereka.”
“Benar-benar gila!” ucap Marli seraya geleng-geleng
kepala.
Tiba-tiba.
“Aaa...!”
Jeritan yang berasal dari luar di pinggir jalan,
membuat kedua gadis itu terdiam menyimak dan memandang ke arah luar. Seiring
itu, satu suara mesin mobil terdengar keras datang mendekat.
Brakr! (RH)
Berlanjut: Serangan Tanpa Ampun (14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar