Jenderal Perang VI Suku Lix (13)


Ilustrasi: bakso enak.
Novel: Ratu Suku Lix

Tahun 2017

Bab Sebelumnya:



Marli Sisilia benar-benar serius mendengarkan cerita Hilwa Fadia, wanita cantik dan dewasa di depannya. Sampai-sampai baksonya masih bertahan separuh mangkok.
Hilwa yang berusia 32 tahun tapi masih gadis itu berhenti sejenak dari ceritanya. Disedotnya es kelapa di gelasnya. Setelah itu, ia kembali melanjutkan kisahnya.


“Keberhasilan Shehree menyelamatkan Sha Gho jelas bukanlah kesalahan. Ia telah menyelamatkan cintaku dari kematian. Shehree tidak hanya menyelamatkan kekasihku dari kematian, tapi juga membawanya pergi, mencurinya dariku. Shehree sangat mengerti apa yang aku perintahkan kepadanya. Usai menyelamatkan kekasihku, ia harus membawanya ke Lorong Pelangi, karena aku menungguhnya di sana. Namun, aku menanti sesuatu yang tidak pernah datang. Shehree telah pergi bersama cintaku, Shehree telah menculik kekasihku.”
“Saya masih bertanya-tanya. Kakak Hilwa sedikit pun tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan Harzai yang merupakan kehidupan di alam fantasi, tapi kenapa Kakak menyikapi kisah itu dan ingin melaksanakannya di dunia nyata?” tanya Marli.
“Aku tahu. Selain para ratu suku, raja-raja suku dan dewa-dewi dinasti, semuanya tidak memiliki memori kisah Dunia Harzai, kecuali gambaran yang ditunjukkan kepada Harzai baru untuk mengetahui namanya semata. Wajar bila kau menertawakan aku, Marli. Namun, ada hal yang tidak akan kau rasakan, yaitu menyatunya memori Harzai dengan otak, hati, perasaan dan perilaku. Itu akan dialami sama oleh dewa-dewi dinasti, ratu dan raja suku lainnya. Dan aku tidak mau menyangkal bahwa aku memiliki seorang kekasih, yaitu seorang Harzai bernama Sha Gho dari Dinasti Thordho, Suku Barf,” jelas Hilwa.
“Oke, anggaplah saya telah mengkhianati Kakak. Karena itu, saya akan menebusnya dengan cara ikut mencari keberadaan kekasih Kakak itu, bagaimana?” kata Marli menawarkan.
“Baik,” ucap Hilwa sepakat.
Marli kembali memakan baksonya. Tampak gadis cantik belia itu sedang bersemangat.
“Kenapa kau tidak mau bertarung melawanku tadi malam?” tanya Hilwa.
“Saya seorang Harzai pasif, bukan Harzai pemburu,” jawab Marli.
“Padahal, jika kau mampu membunuh seorang ratu suku, semua Energi Tarung yang kau miliki akan naik lima tingkat,” kata Hilwa.
“Apa itu Energi Tarung?” tanya Marli memotong.
“Jika di dalam cerita silat, Energi Tarung itu adalah ilmu kesaktian yang dimiliki oleh setiap tokoh Harzai. Contohnya kau, kau memiliki lima Energi Tarung. Lompatan Pantul Langit, Pedang Biru, Gulir Malaikat, Tik Tok Lintas Cahaya, dan Purnama Biru. Setiap Energi Tarung memiliki sepuluh tingkat. Jika seorang Harzai bisa membunuh seorang dewa atau dewi dinasti dan memakan Permata Harzai-nya, Energi Tarungnya bisa langsung naik ke level tujuh. Ia pun akan mewarisi satu Energi Tarung milik dewa atau dewi dinasti.”
“Oooh, ini seperti permainan video gim dan animasi,” ucap Marli dengan ekspresi wajah terpukau tidak percaya.
“Sejak kau pertama kali menjelma menjadi seorang Shehree, kau telah masuk ke dalam dunia fantasi yang terwujud nyata. Jika kau mengetahui secara luas Dunia Harzai, memang semuanya serasa tidak masuk akal. Namun, faktanya ini adalah nyata, yaitu bersatunya dunia imajinasi dengan dunia nyata. Dan tidak ada cara lain untuk menyikapi fenomena ini selain kau menghadapinya, Marli. Kau tidak bisa lari atau menghindar. Jika kau memilih menjadi Harzai pasif, kau akan tertinggal. Pada umumnya seorang Harzai akan berburu untuk menaikkan level Energi Tarung-nya,” kata Hilwa.

“Dan kemudian menjadi pembunuh? Itulah yang tidak saya suka. Pada dasarnya kita adalah manusia yang fitrahnya menyelamatkan hidup, bukan mesin pembunuh. Saya sudah membunuh tiga orang Harzai yang sama artinya saya membunuh tiga orang manusia. Jika saya mau larut dalam penyesalan, saya bisa gila. Seorang gadis manja seperti saya, tiba-tiba menjadi mesin pembunuh, bayangkan,” tandas Marli.

“Jika pikiranmu seperti itu, bukankah apa yang sekarang kau miliki bisa kau gunakan untuk menyelamatkan banyak orang? Sebab, kekuatan yang Harzai miliki bukan hanya berlaku antar-Harzai semata, tapi juga berlaku bagi orang awam. Para Harzai yang berpikiran jahat dan hanya memburu keuntungan pribadi, akan menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk meraih kekuasaan dan keuntungan. Tujuan seperti itu akan menjatuhkan banyak korban yang tidak mengerti sedikit pun tentang Dunia Harzai.”

“Apakah tidak ada cara untuk berhenti menjadi seorang Harzai?” tanya Marli.

“Hanya kematian yang bisa membuatmu berhenti menjadi seorang Harzai. Permata Harzai yang menyatu di lengan kirimu langsung terhubung ke seluruh saraf. Jika sampai Permata Harzai dicabut paksa, maka seluruh organ vital di dalam tubuhmu akan rusak yang akan langsung membunuhmu. Jika kau mati, Permata Harzai akan lepas sendiri dan bisa dimakan oleh seorang Harzai untuk meningkatkan level Energi Tarung-nya.”

“Ya, saya baru makan satu, Permata Harzai milik Dragilla. Dua permata lainnya saya buang jauh-jauh,” kata Marli.

“Itu berarti, Harzai yang kau buang permatanya, jika ditemukan oleh seseorang, akan kembali hidup dengan memori baru dan tuan yang baru. Langkah seperti itu justru akan memberi ruang Harzai jahat untuk menciptakan pembunuhan dan kerusakan. Hingga menunggu beberapa tahu ke depan, peradaban manusia akan mengalami revolusi yang merata dari timur hingga barat. Beberapa dinasti telah berlomba-lomba mengumpulkan kekuatan dinastinya. Kelak Dunia Harzai akan menggantikan peta peradaban manusia normal. Perang besar yang belum terjadi di Dunia Harzai pasti akan terjadi di hidup kita ini.”

“Kak Hilwa jangan berlebihan ah analisanya,” kata Marli seraya mengerenyit.

“Aku tidak menambah-nambahkan, Marli. Meski aku faktanya berjualan bakso seperti ini, tapi aku memiliki mata-mata yang aku sebar untuk mengumpulkan data dan fakta perkembangan para Harzai. Di beberapa wilayah luar Jawa, aku mengetahui ada tiga dinasti yang mulai memusatkan kekuasaannya. Baik para dewa dinasti atau ratu suku, seperti seorang arkeolog yang sedang mengais dan mencari serpihan-serpihan keramik, kemudian dikumpulkan lalu disusun ulang. Hingga pada akhirnya dinasti utuh seperti di dalam Dunia Harzai bisa tercipta. Beralihnya Dunia Harzai ke dunia nyata membuat hukum rimba berlaku. Di Dunia Harzai, setiap dinasti memiliki wilayah dinasti sendiri yang tidak bisa diganggu gugat oleh dinasti lain. Namun di dunia nyata, yang berlaku adalah siapa yang kuat dialah yang jaya. Aku pun tidak akan membiarkan bencana datang lebih dulu kepadaku, karenanya aku dalam upaya pembangunan kembali Suku Lix. Dari tujuh orang jenderal perang Suku Lix, aku sudah mengumpulkan tiga orang jenderal. Aku menawarkan kepadamu, maukah kau kembali menjadi Jenderal Perang VI Suku Lix?”

Marli jadi berhenti menghabiskan baksonya yang tinggal sebulat di mangkoknya. Ia menatap wajah cantik berkharisma di depannya, seolah Marli sedang membaca rencana besar di balik wajah bos bakso itu. 

“Satu hal yang sangat prinsip yang belum saya tanyakan dan belum saya ketahui. Sebenarnya siapa pencipta cerita fantasi yang tidak masuk akal ini?” tanya Marli mengalihkan sisi pembicaraan.

“Sebagai seorang ratu suku, aku hanya mengetahui bahwa Harzai adalah buah cipta dari sebuah teknologi super canggih. Teknologi itu diciptakan oleh seorang anak berotak jenius. Teknologi itu menciptakan Permata Harzai yang di dalamnya sudah diisi energi khusus, sehingga bisa mengubah wujud, memberi Energi Tarung yang berbeda-beda setiap Harzai, dan banyak lagi hal yang belum kita ketahui. Bisa dikatakan bahwa Dunia Harzai adalah dunia fantasi tanpa batas.”

“Siapa anak jenius itu?” tanya Marli, lalu menyedot es kelapanya.

“Ratu atau raja suku tidak ada yang tahu, itu adalah data super rahasia yang dimiliki oleh dewa-dewi dinasti,” jawab Hilwa. Lalu tanyanya, “Bagaimana dengan penawaranku tadi, Marli?”

“Tidak. Untuk saat ini rasioku tidak bisa menerima apa yang Kakak uraikan, tapi saya tidak menyangkal pula,” jawab Marli. Lalu ia mengalihkan lagi topik pembicaraan, “Apakah karena Sha Gho sehingga Kakak memilih sendiri dalam usia sematang ini?”

Pertanyaan itu membuat Hilwa tertawa kecil. 

“Aning!” panggil Hilwa kepada seorang karyawannya yang baru hendak membereskan mangkuk pelanggan yang telah pergi.

Pemuda bujang berambut ikal itu segera mendatangi majikannya. Belum lagi Aning bertanya, Hilwa sudah berinstruksi.

“Tambahkan!” perintah Hilwa sambil memberikan gelasnya yang sudah kosong.

Aning pun mengambil dan membaawa gelas itu untuk diisi.

“Aku penganut cinta sejati. Semua lelaki yang pernah melamarku adalah lelaki beroda empat. Bahkan pernah datang seorang Harzai yang kemudian mati di tanganku. Sebelum Permata Harzai menguasai diriku, aku adalah gadis antilelaki. Sha Gho adalah satu-satunya lelaki dalam hidupku,” kata Hilwa seraya tersenyum-senyum samar, seolah mengenang masa indah yang telah berlalu.

Aning datang membawa permintaan majikannya yang selalu membuat hati kecilnya bahagia bila mematuhi perintahnya.

“Terima kasih, Ning,” ucap Hilwa yang hanya dibalas senyum bahagia Aning.

Dengan berat hati Aning meninggalkan meja itu. Marli hanya memperhatikan perilaku pemuda itu.
“Alangkah bahagianya dia,” kata Marli tersenyum.

“Kenapa?” tanya Hilwa lalu ikut memandang Aning yang membereskan mangkuk-mangkuk di meja pelanggan.

“Sepertinya dia sangat senang memiliki majikan secantik Kakak Hilwa,” jawab Marli. 

Aning yang mencoba mencuri pandang ke majikannya jadi terkejut, karena tahu sedang diperhatikan. Buru-buru ia menunduk dalam sambil mengelap meja yang sudah dikosongkan.

Prak!

Salah tingkah Aning membuat tangannya yang mengelap tidak lihat jalur. Tusuk gigi dan tempat sambal tersenggol hingga berantakan dan kotor. Marli jadi tertawa geli, sedangkan Hilwa tidak ambil peduli.

“Bagaimana caranya Kakak meyakinkan tiga orang jenderal itu agar mau kembali menjadi Jenderal Perang Suku Lix di bawah perintah Ratu Haxi?” tanya Marli.

“Pertarungan,” jawab Hilwa singkat.

“Kenapa Kakak tidak melakukan hal yang sama terhadap saya?” tanya Marli lagi.

“Awalnya aku memandangmu bukan karena pangkatmu di Dunia Harzai, tapi lebih kepada pengkhianatanmu. Perlu kau ketahui, Dewi Dinasti Ern sudah memiliki namamu di dalam daftar Harzai yang harus dibunuh, lantaran tuduhan pengkhianatan itu.”

“Jika demikian, apa yang akan terjadi?” tanya Marli memotong. 

“Aku sendiri belum mengetahui keberadaan Dewi Dinasti Ern. Pastinya, ia memiliki puluhan intel yang bertugas mencari para buronan. Salah satu buronan itu adalah kau. Namun, jika kau resmi kembali sebagai Jenderal Perang VI di bawah titah Ratu Suku Lix, akan berbeda kondisinya.”

“Tidak, Kakak tidak bisa memaksaku dengan cerita seperti itu,” kata Marli. “Saya akan menjalani hidup secara wajar.”

“Pilihan memang ada di tanganmu, Marli. Tapi aku akan menunggu perubahan sikapmu. Setiap Jenderal Perang Suku Lix membawahi lima Ketua Prajurit Tempur. Jika kelima Ketua Prajurit Tempur disatukan, maka mereka bisa membuka Gerbang Gudang Harzai....”

“Apa lagi itu Gerbang Gudang Harzai?” tanya Marli memotong.

“Gudang Harzai adalah gudang persenjataan dan pustaka Energi Tarung Harzai. Masuk ke Gudang Harzai sangat penting untuk bisa membaca peta Dunia Harzai. Tiga orang jenderalku sedang berusaha mengumpulkan para Ketua Prajurit Tempur mereka.”

“Benar-benar gila!” ucap Marli seraya geleng-geleng kepala.

Tiba-tiba.

“Aaa...!”

Jeritan yang berasal dari luar di pinggir jalan, membuat kedua gadis itu terdiam menyimak dan memandang ke arah luar. Seiring itu, satu suara mesin mobil terdengar keras datang mendekat.
Brakr! (RH)

Berlanjut: Serangan Tanpa Ampun (14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar