Novel: Ratu Suku Lix
Oleh Rudi Hendrik
Tahun 2017
Bab Sebelumnya:
Seutas cemeti tali sinar hijau yang merupakan Energi Tarung
Haxi bernama Lecutan Ekor Naga, telah tergenggam di tangan kanan. Sejumlah anak
buah Venus yang panik segera bergerak mengambil senjata api AK-47 dan langsung
mengepung Haxi. Semua moncong senjata diarahkan kepada Haxi.
Tanpa komunikasi lebih dahulu, cemeti sinar itu telah
bermain menghajar beberapa lelaki terdekat hingga berpentalan tidak karuan. Ada
yang jatuh di tumpukan papan, di tumpukan sampah papan, dan di atas mesin
produksi yang sedang off.
Dor dor dor...!
Tak ayal lagi, tembakan pun berpesta ria dengan satu
sasaran, yaitu tubuh Haxi. Namun, enam lelaki yang menembak jadi berhenti
serentak dan terbelalak serentak. Sebab, hujan peluru yang jelas-jelas menerpa
tubuh Haxi, sedikit pun tidak ada yang menggores kulit putih wanita itu,
pakaiannya pun tidak ada yang rusak sedikit pun.
Dor dor dor...!
Rasa tidak percaya itu membuat mereka kembali mencoba
membuktikan kemustahilan itu. Mereka kembali menembak bersama. Dan ternyata
memang hasilnya tetap sama.
Kegaduhan yang tercipta mengejutkan Dhoni Sardi. Ia pun
keluar dari kantor dan pandangannya langsung bertemu dengan Haxi. Adanya sinar
biru redup yang muncul dari balik kain lengan kanan Dhoni, membuat Haxi
langsung bisa menebak bahwa orang yang baru muncul adalah seorang Harzai.
Haxi menatap tajam kepada Dhoni Sardi. Ia kemudian
melenyapkan cemeti sinarnya.
Sest sest sest! Sest!
Tiga kiblatan sinar hijau dari Energi Tarung Menepis Gundah
Lix cukup menghabisi semua anak buah Venus. Satu kiblatan sinar bisa membunuh
beberapa orang sekaligus dengan luka sayatan hangus yang tajam dan dalam.
Menyusul satu sinar hijau menjalar cepat di permukaan lantai berdebu, menyerang ke arah Dhoni Sardi.
Zerzzz!
Sebelum serangan itu sampai, Dhoni Sardi lebih dulu
menyentuh lengan kanannya dengan tangan kiri. Maka aliran sinar cokelat
menjalar dari bawah kakinya menyelimuti tubuh. Saat itu pula, Dhoni melompat ke
udara.
Blaar!
Akibatnya, sinar hijau Energi Tarung Naga Membelai Bumi dari
Haxi menghancurberantakkan kantor dan isinya hingga tanpa bentuk lagi. Tubuh
Venus yang terkapar di dalamnya, harus terpental hebat menghantam tembok gedung
dalam kondisi yang sudah menjadi mayat. Kondisi itu menunjukkan betapa kuatnya
tingkat Energi Tarung yang dimiliki Haxi.
Kini, yang berhadapan dengan Ratu Suku Lix adalah sesosok
makhluk besar dan menyeramkan. Seluruh tubuhnya dilindungi dengan zirah besi.
Hanya tangan hingga pergelangan dan kepala yang tidak terlindungi oleh lapisan zirah
besi. Kalungnya berbandul tiga tengkorak kepala manusia. Sepasang tangan
berkulit hijaunya memegang kapak yang berlumur darah kering. Ada rantai besar
yang melilit seadanya di tubuh. Namun, makhluk itu tidak berkepala manusia,
tapi berkepala singa berkulit hijau dengan misai lebat berwarna merah. Ialah
Wors, seorang Harzai yang sudah banyak membunuh Harzai lainnya.
“Rupanya seorang Harzai pemburu. Hebat, sudah membunuh lebih
dari sepuluh Harzai!” puji Haxi, ia tahu karena Wors sudah memiliki senjata.
Aturan dalam Dunia Harzai, bagi seorang Harzai yang sudah
membunuh dan memakan Permata Harzai minimal 11, secara otomatis akan mendapat
senjata yang di dalam Dunia Harzai merupakan miliknya sendiri. Dengan telah memakan
10 Permata Harzai, maka tingkat kekuatan Energi Tarung seorang Harzai berada di
level dua. Kekuatan Energi Tarung akan terus naik satu level jika kembali memakan
10 Permata Harzai.
“Harzai yang begitu cantik, terlalu sayang untuk dibunuh. Setahuku,
Dinasti Ern adalah dinasti yang mengoleksi banyak Harzai cantik,” kata Wors
dengan suara Dhoni.
“Kamu tidak salah. Dan aku tahu kamu bangsa Dinasti Chrosr,
dinasti yang brutal dan haus darah dengan wujud monster binatang. Kamu
beruntung berhadapan denganku, karena aku adalah Harzai yang sangat istimewa.
Tentunya kamu belum pernah membunuh seorang ratu suku?”
“Hahaha! Kamu membuat saya lebih bersemangat untuk
bertarung!” kata Wors yang setiap bicara memperlihatkan gigi seramnya.
“Katakan, di mana Lidya, keponakanku yang kamu culik!” kata
Haxi.
“Maaf, Cantik, saya tidak mengenal nama itu. Lebih baik kamu
cicipi saja senjata saya ini!”
Wors melemparkan satu kapaknya kepada Haxi.
Cepat sekali kapak itu berputar-putar menyerang. Namun, di
Dunia Harzai, Dinasti Ern sangat terkenal memiliki kecepatan gerak. Maka mudah
saja bagi Haxi bergeser selangkah, membuat kapak itu lewat begitu saja dengan
jarak yang tipis dari tubuh si wanita. Satu kapak lagi menyusul. Kembali elakan
Haxi lebih cepat dari kapak.
Brezz!
Mengejutkan. Satu sinar hijau berbentuk kepala singa raksasa
tahu-tahu telah menerpa tubuh Haxi. Akibat dari Energi Tarung dahsyat bernama
Kharisma Singa Lapar itu, tubuh Haxi terlempar hebat ke belakang seiring
hancurnya benda-benda pabrik yang terkena sinar kepala singa itu.
Bak!
Punggung Haxi menghantam sudut belakang sedan putih Dhoni
Sardi lalu terpental lagi hingga ke luar pabrik.
Haxi segera bangun tanpa ada luka sedikit pun.
Iiiuuu ... iiiuuu ... iiiuuu ...!
Dari dua arah jalan blok pergudangan itu, muncul sekelompok
mobil polisi yang menutup akses jalan. Pasukan polisi berturunan dengan
todongan senjata api sambil berlindung di balik badan mobil maupun pintu mobil
yang dibuka untuk perisai.
“Jangan bergerak!” seru sang Komisaris Polisi yang bernama Sucitra Dewi, seorang kompol wanita berusia 36 tahun.
Sejenak Haxi memandang kepada Sucitra. Haxi pernah bertemu
dengan komisaris polisi itu saat Hilwa Fadia menjalani pemeriksaan di kantor
polisi. Haxi tahu bahwa Sucitra adalah seorang Harzai pula. Tanda Harzai pun
bisa Haxi lihat dari sinar merah redup di balik kain lengan kiri Sucitra.
Haxi tidak peduli dengan perintah Sucitra, karena ....
Broks!
Sest!
Wors muncul dengan cara menjebol atap pabrik dan melesat cepat turun hendak mengapak kepala Haxi. Kemunculan sosok monster seperti Wors membuat seluruh polisi terkejut.
Kedatangan Wors disambut dengan kiblatan sinar hijau dari Energi Tarung Menghapus Gundah Lix. Sinar hijau itu mengenai tubuh Wors yang terlindungi oleh baju zirah. Percikan sinar di zirah Wors tercipta lalu tubuhnya terpental balik menghantam jebol tembok pabrik.
“Aaarrkkr!” Wors bangkit dengan auman kemarahan.
Baks babaks ...!
Namun, Haxi telah melesat terbang rendah ke arah Wors,
diiringi melesatnya lima bayangan telapak tangan samar berwarna hijau. Kelima
sinar samar itu menghantam beruntun dada zirah besi Wors. Kembali Wors
terlempar deras ke belakang hingga menghantam mesin potong papan di dalam
pabrik.
Setelah mengerahkan Energi Tarung bernama Tapak Roh Lix, Haxi kali ini melesatkan Energi Tarung pamungkasnya yang bernama Matahari Tapak Ganda.
Zuasss!
Satu sinar hijau terang menyilaukan berbentuk telapak tangan melesat cepat dan menderu mengerikan menghantam tubuh Wors yang belum sempat bangkit. Matahari Tapak Ganda itu melemparkan tubuh besar Wors ke bukit serbuk kayu. Sementara mesin pemotong papan harus hancur berantakan.
Brezz!
Wors mengejutkan Haxi. Dalam kondisi Wors bergelut dengan serbuk kayu yang halus, ia masih bisa melesatkan Energi Tarung pamungkasnya, Kharisma Singa Lapar. Sinar hijau berbentuk bayangan kepala singa raksasa tidak dapat dihindari oleh Haxi. Tubuh indah itu terhempas dahsyat menghantam tembok hingga menjebol tembok depan. (RH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar