Ilustrasi; karakter Xu Huang Dynasty Warriors (Pinterest) |
Oleh Rudi Hendrik
Tahun 2017
Bab Sebelumnya:
Dho
Gho cepat bangkit dari posisinya dan berlari. Begitu ringannya Dho Gho
menyambar dan mengangkat sebuah mobil sedan yang diparkir. Terlihat seperti
mengangkat mobil mainan. Mobil itu langsung dilempar kepada Trakko yang berdiri
di seberang jalan.
Brakr!
Dengan
lompatan kecil, Trakko menyambut mobil itu dengan tendangan kaki yang bersinar
merah. Mobil pun patah dua. Saat Trakko memandang ke arah Dho Gho, ternyata
pemuda itu sudah berlari kencang dengan membawa tubuh Alice.
Bessr!
Trakko
menonjok aspal jalanan. Sinar merah menjalar cepat mengejar Dho Gho. Laju sinar
merah itu lebih cepat dari lari Dho Gho.
Blaar!
Bertepatan
ketika Dho Gho melompati sebuah mobil yang melaju kencang, sinar merah Energi
Tempur Trakko menghantam bawah mobil. Mobil itu meledak hebat sekaligus
menewaskan pengemudinya.
“Aaa!”
jerit warga sekitar ketakutan melihat kengerian tersebut.
Sementara
Dho Gho terpental di udara lalu jatuh di aspal. Ia memeluk erat tubuh Alice
agar tidak menghantam aspal sedikit pun.
Dho
Gho buru-buru bangun kembali dan berlari lagi dengan kecepatan tinggi.
“Heaat!”
pekik keras Trakko yang telah melompat tinggi di udara. Tangan kanannya telah
memegang pedang besar dan panjang yang siap menebas tubuh Dho Gho.
Dho
Gho tidak bisa mengelak. Punggungnya terkena tebasan pedang. Dho Gho tersungkur
di aspal dengan zirah bagian belakang robek lebar oleh pedang. Namun, tidak ada
darah yang tertetes dari luka itu.
Kembali
Dho Gho bangun, ia tidak mempedulikan Trakko yang kembali siap menyerang lagi.
Dho Gho terus berlari sekencang-kencang kemampuannya.
“Alice!
Alice!” sebut Dho Gho panik, sebab dilihatnya Alice sudah terpejam dan tidak
bergerak-gerak lagi.
Trakko
terpaksa berlari mengejar Dho Gho dengan menyeret pedang besarnya yang menciptakan
percikan api dan garis yang dalam di aspal.
Dho
Gho berbelok di perempatan lampu merah. Namun, Dho Gho menemui tumpukan
kemacetan di depan yang mengarah ke rumah sakit. Bangunan rumah sakit sudah
terlihat.
Sess!
“Akh!”
pekik Dho Gho ketika sinar merah berbentuk kacamata melesat menghantam
punggungnya.
Energi
Tempur dari Trakko itu terasa begitu dahsyat. Tubuh Dho Gho yang besar
terpental hebat menghantam mobil paling belakang di kemacetan. Mobil itu sampai
terpental ke atas dan jatuh menimpa mobil yang lain di tengah kemacetan.
Apa
yang terjadi sungguh mengejutkan masyarakat umum yang sedang tegang dan serius
pada apa yang terjadi di depan rumah sakit. Kepanikan luas pun terjadi.
Masyarakat umum yang sudah menjauhi area depan rumah sakit, kembali berlarian
lebih menjauhi dua orang aneh super lainnya yang baru muncul. Orang-orang yang
tadi memilih bertahan di dalam mobil jadi berkeluaran meninggalkan
kendaraannya.
Ketika
Trakko hendak melepaskan kembali Energi Tempur yang bernama Kacamata Iblis,
tiba-tiba satu benda hijau melesat laksana peluru.
Babak!
Trakko
yang fokus kepada Dho Gho, terkejut dengan serangan dari pihak lain itu. Benda
hijau yang adalah dua sinar berbentuk telapak tangan itu menghantam dada
Trakko. Sosok besar berjubah merah itu terjengkang keras di tengah-tengah
perempatan lampu merah.
“Alice!
Alice!” teriak Dho Gho sambil mengguncang-guncang tubuh Alice yang sebisa
mungkin ia lindungi dari hantaman.
Tanpa
mempedulikan Trakko yang kini berhadapan dengan Ratu Suku Lix, Dho Ghoo kembali
berlari menuju rumah sakit yang tinggal beberapa ratus meter.
Kini
di perempatan lampu merah, berhadapan Trakko yang berdiri dengan pedang besar
dan Haxi yang berdiri dengan penuh keanggunan dan kecantikannya.
“Apa
yang kamu perbuat?!” teriak Trakko sambil menuding Haxi dengan ujung pedang
besarnya. “Kamu melanggar aturan Harzai!”
“Sejak
kapan ada undang-undang Harzai ketiga tidak boleh turut campur dalam
pertarungan dua Harzai? Lagi pula kamu mau membunuh adik kekasihku!” seru Haxi.
“Oh
ya? Hahaha ...!” Trakko menertawakan Haxi. “Harzai bermain cinta dengan Harzai
lain. Harzai macam apa kamu ini? Saya tidak peduli, karena dia lolos, maka
kamulah yang menjadi gantinya!”
“Kamu
harus tahu bahwa kamu berhadapan dengan seorang Ratu Suku!” kata Haxi.
“Hah!
Berarti ini hari keberuntunganku bisa membunuh seorang Ratu Suku. Hiaat!”
teriak Trakko lalu berlari maju menyerang dengan menyabetkan pedang ke sana dan
ke sini.
Meski
pedang Trakko besar dan berat, tapi dengan ringannya ia memainkannya, seperti
memainkan sebatang kayu kecil nan ringan. Namun, Haxi terlalu gesit untuk
disasar oleh tajamnya pedang besar itu.
Mulusnya
aspal jalan raya dibuat rusak berat tidak karuan oleh bacokan-bacokan pedang
Trakko yang tidak mengenai sasaran.
“Pedangmu
memang sangat berbahaya, tapi terlalu lambat bagiku!” kata Haxi yang bisa
mengelak mudah di dekat bilah pedang tanpa takut tersentuh sedikit pun.
“Hah!”
kejut Trakko saat tiba-tiba sepasang kakinya telah disegel oleh lapisan es
tebal.
Sets!
Bababak ...!
Belum
sempat Trakko mencoba melepaskan sepasang kakinya dari belenggu es, dua
kiblatan sinar hijau dari Energi Tempur Menepis Gundah Lix menghantam tubuh
Trakko di tempat. Menyusul pula lima sinar hijau berbentuk telapak tangan dari
Energi Tempur Tapak Roh Lix menghantam dada Trakko sekaligus, membuat orang
besar itu terpental jauh dan keras di aspal.
Trakko
cepat bangkit dengan wajah meringis.
“Jangan
bermain-main denganku jika kamu tidak ingin mati cepat. Keluarkan puncak
kemampuan terhebatmu!” seru Haxi.
“Kamu
akan menyesal!” desis Trakko seraya menatap tajam dari balik kacamatanya yang
terkesan melorot.
Trakko
lalu mengeluarkan tangan kirinya yang selama ini tersembunyi di balik jubah.
Tangan kiri itu mengambil kendi besi di pinggang kanannya.
Bdluarr!
Jrezz!
Kendi
besi itu dilempar ke depan Haxi. Ledakan hebat terjadi. Refleks Haxi melesat
mundur. Yang mengejutkan Haxi adalah melesatnya 20 jarum sinar merah dari dalam
sumber ledakan. Semua jarum sinar itu menyerang Haxi.
Dalam
posisi di udara seperti itu, Haxi tidak bisa mengelak selain berusaha
meminimalkan serangan berombongan itu.
Cukup
menggerakkan jari-jarinya, Haxi
mengerahkan Energi Tempur Segel Es. Jarum-jarum sinar merah yang melesat jadi
melambat lalu berguguran di tengah jalan karena berubah membeku di udara.
Meski
demikian, tetap saja sejumlah jarum sinar ada yang lolos. Empat jarum sinar
berhasil lolos menusuk masuk ke tubuh Haxi. Tubuh mungil itu langsung terlempar
deras.
Brakrr!
Dua
mobil langsung bonyok oleh hantaman brutal tubuh Haxi.
Haxi
harus terkejut terhadap dirinya, sebab daya tahan tubuhnya menurun drastis
akibat serangan itu. Ia berdiri agak sempoyongan.
Sess!
Sinar
merah berbentuk kacamata melesat menyerang Haxi.
West!
Bdluar!
Haxi
langsung saja melesat terbang meninggalkan ledakan hebat dua mobil di
belakangnya.
Sesr!
Dalam
terbang rendahnya melintasi posisi Trakko, Haxi melesatkan Energi Tempur
Matahari Tapak Ganda yang berupa sinar hijau menyilaukan. Trakko cepat melompat
sambil melesatkan sinar merah dari kacamatanya membidik lintasan tubuh Haxi.
Blarr!
Bluarr!
Saling
serang itu tidak ada yang mengenai sasaran. Sinar hijau Matahari Tapak Ganda
menghancurkan tiang lampu merah dan Energi Tempur Kacamata Iblis menghancurkan
sebuah toko pinggir jalan.
Haxi
terus terbang dengan kecepatan tinggi seperti jet tempur terbang di atas
barisan kemacetan lalu berbelok hilang di balik susunan bangunan.
Sementara
Trakko sejenak diam memperhatikan arah terbang Haxi.
Haxi
kemudian muncul dari balik gedung perkantoran jauh di depan Trakko. Haxi
melesat lurus laksana roket menuju ke posisi berdiri Trakko. Melihat kedatangan
itu, Trakko tersenyum kecil. Ia berdiri gagah dengan pedang siap menebas.
“Mampuslah,
kau!” teriak Trakko saat tubuh Haxi kian mendekat.
Sess!
Dalam
posisi siap menebaskan pedangnya, Trakko melesatkan Energi Tempur Kacamata
Iblis menyongsong Haxi di rel lesatannya. Sinar merah berbentuk kacamata itu
melesat menyongsong tubuh Haxi. Namun, satu gerakan bergeser yang sangat samar
oleh tubuh Haxi, membuat sinar merah itu lewat sejengkal jauhnya dari tubuh si
gadis.
Kegagalan
itu tidak membuat Trakko hilang harapan, sebab pedang besarnya telah berkelebat
hendak menebas dua tubuh Haxi.
“Hah!”
kejut Trakko, karena gerakannya melambat seiring seluruh tubuhnya diselimuti
lapisan es tebal.
Prakr!
Cepat
sekali tubuh Haxi yang bersama sinar hijau terang di tangan menghantam tubuh
beku Trakko. Tubuh itu hancur pecah laksana bongkahan es yang dihantam bola
besi besar.
Selanjutnya,
Haxi terbang berputar balik lalu mendarat seperti burung ke dekat pecahan tubuh
Trakko yang telah berubah ke wujud Garda Prabowo. Haxi memungut sebuah permata
merah lalu dengan begitu saja memakannya.
West!
Selanjutnya
Haxi melesat terbang pergi ke arah rumah sakit dan hilang masuk ke dalam
gedung.
Selesai
sudah pertarungan dua Harzai yang bagi masyarakat umum itu adalah tidak
mungkin. Namun, itu bukan mimpi. Faktanya, kerusakan terjadi di mana-mana yang
menyisakan satu mayat manusia yang hancur terpotong-potong tidak beraturan.
(RH)
Berlanjut: Rukun Harzai (Tamat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar